Rabu, 14 Oktober 2015

Arabica Gayo Luwak Coffee




  













Jeumpa Kuneng Luwak [civet] coffee is an excellent combination of Arabica Gayo organic coffee with Wild Luwak [civet]. Our Arabica coffee beans are sourced from the Gayo highlands in Central Aceh – Indonesia, on the altitude of 900 – 1700 meter above sea level with rainfall rate around 1,600 – 2,000 mm/year.
Gayo highlands has been widely known as producer for high quality of specialty coffee and is considered as “heaven” for wild Luwak [civet]. Most of the crops in Gayo highlands are organically grown and are widely known as “green beans” for being environmentally friendly.

The soil, landscape, and climate of the Gayo highlands contribute to various rich characters, strong body and complex flavor of the coffee. In average, Gayo Sumatra Coffee achieved 80 – 88 of cupping score. 
Its fine aroma and lack of bitter taste have become the characteristics of this Gayo Arabica coffee product. Gayo Arabica coffee has been known worldwide for its highly valued typical flavor and rich taste, and considered as gourmet coffee.
Should you interested in our coffee products or to get more information about our coffee products, please do not hesitate to contact us at:
firza.esc@gmail.com   or   jeumpa.kuneng@yahoo.com

Senin, 09 September 2013

Sejarah Motif Pintu Aceh

Pinto Aceh sebagai Tanda Cinta Komandan Belanda untuk Istrinya......

Menurut sejarahnya kerajinan emas sudah ada sejak abad ke 16-17 dalam masyarakat Aceh (ketika pemerintahan raja-raja Aceh) dan terus berkembang hingga saat ini. Pada tahun 1935 seorang pengrajin Aceh bernama Mahmud Ibrahim atau lebih dikenal dengan Utoh Mud (sebutan untuk perajin), membuat sebuah perhiasan emas bernama Pinto Aceh.

Berawal dari opsir Belanda yang merupakan komandan pada masa pemerintahannya di koetaradja (Banda Aceh sekarang). Dari keinginannya menghadiahkan sesuatu untuk istrinya, setelah mencari ia menemukan pinto khop, monumen peninggalan kerajaan Sultan Iskandar Muda. Ia ingin bentuk pinto khop tersebut dibuat dalam bentuk benda fungsional berupa perhiasan, maka dipanggillah seorang perajin emas yang mempunyai kemampuan untuk membuatnya. Mahmud Ibrahim diminta untuk membuat perhiasan tersebut dengan mengambil bentuk pinto khop. Terpilihnya Mahmud Ibrahim sangat beralasan, ini dikarenakan petinggi-petinggi yang ada di masa itu sudah mengenal Mahmud Ibrahim sebagai perajin emas dan perak. Semua itu karena kepiawaiannya dalam membuat perhiasan dalam sebuah pameran yang digelar di acara pasar malam bertempat di lapangan koetaradja (BandaAceh). Perajin-perajin emas dan perak pada masa itu berkesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam membuat perhiasan. Setelah acara selesai perajin yang dianggap layak akan diberi penghargaan, maka penghargaan diserahkan salah seorang perajin dalam bentuk sertifikat, oleh panitia pelaksana pasar malam diberikan kepada Mahmud Ibrahim (Utoh Mud) pada tahun 1926 di Koetaradja.

Utoh Mud yang mengantongi sertifikat bergengsi atas keterampilannya itu pada tahun 1935 menguji kreatifitasnya selaku utoh (pandai emas) terkenal dengan menciptakan perhiasan baru Pinto Aceh yang motifnya diambil dari bangunan Pinto Khop yaitu gerbang kecil tempat permaisuri Sultan Iskandar Muda keluar masuk ke tepian sungai untuk mandi di abad-abad lampau. Ketika itu Utoh Mud membuat satu jenis perhiasan saja berupa perhiasan dada wanita yaitu bros. Sebelumnya jenis bros memang telah ada dalam jaringan perhiasan tradisional Aceh, namun dengan mengambil motif lain. Bros Pinto Aceh dengan meniru pintu gerbang yang bernama Pinto Khop tersebut berbentuk ramping dengan jeruji-jeruji yang dihiasi motif kembang ditambah lagi sebagai pelengkap dengan rumbai-rumbai sepanjang kedua sisi.

Gambar 1 : Perhiasan Pintu Aceh

Gambar 2 : Pinto Khop sebagai inspirasi motif Pinto Aceh
Pintu Khop

Bangunan Pintoe Khop merupakan hadiah Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putri Kamaliah atau disebut Putroe Phang (Putri Pahang). Ketika itu Sultan ingin mengobati kerinduan sang istri kepada kampung halamannya pahang (Malaysia). Untuk itu Sultan membangun taman sari di sekeliling istana yang dikelilingi Krueng Daroy (sungai), taman ini tembus kesebuah tempat pemandian sang putri bersama dayang-dayangnya. Di tempat pemandian tersebut ada sebuah pintu yang biasa dilalui oleh sang putri untuk menuju ke tempat pemandian, pintu inilah yang disebut Pintoe Khop.

Dalam artian secara bahasa Pinto artinya pintu, sedangkan kata Khop merupakan posisi tertutup/tertelungkup. Jika dilihat dari bentuk bangunan Pinto Khop, maka didapati bentuk seperti apa yang disebutkan. Bangunan ini mempunyai pintu depan yang tembus kebelakang dalam posisi yang sama lurus. Sedangkan posisi kiri dan kanan yang sama, kemudian pada bagian atas atap membentuk seperti kubah melingkar hingga bertemu sisi kiri dan kanan bangunan, bangunan ini terbuat dari batu yang disusun.

Jumat, 31 Mei 2013

World SME Expo 2012 in Hongkong

Surprise.......itu perasaan pertama saat kami diberitahukan akan diberangkatkan ke Hongkong untuk mengikuti pameran. Bermula dari bermitra dengan salah satu BUMN yang ada di Banda Aceh, kami beberapa kali diajak untuk ikut serta dalam ajang pameran baik di Aceh maupun di Jakarta. Tahun 2012 merupakan berkah bagi kami karena kami mendapatkan kesempatan pameran international. Tujuan awal sebenarnya bukan pameran di Hongkong tetapi pameran yang diadakan di Malaysia, namun tiba-tiba rencana berubah dan akhirnya diputuskan untuk mengikuti World SME Expo di Hongkong yang bertempat di Hongkong Trade Development Council (HKTDC) Building. Saya berangkat ke Hongkong bersama 2 UKM dari provinsi lain yaitu Palembang (Songket Palembang) dan Cirebon (Batik Tulis) beserta beberapa staff BUMN yang memfasilitasi kami ikut pameran tsb. 

Menjadi Peserta pada World SME Expo 2012 di Hongkong

Sebagai peserta dari Aceh yang belum memiliki pengalaman mengikuti event international seperti ini, rasanya wajar kalau merasa pesimis dengan target penjualan di Hongkong mengingat Hongkong merupakan salah satu negara yang terkenal dengan pasar Fashion di Asia. Namun sebagai wirausaha saya harus selalu berpikir positif dan optimis. Alhamdulillah.....ternyata sambutan pengunjung pameran sangat baik terhadap produk bordiran khas Aceh. Mereka sangat menyukai tas-tas bordiran Aceh yang saya jual, menurut mereka tas-tas tersebut unik sehingga mereka ramai-ramai beli tas Aceh. Perasaan saya saat itu senang, terharu  dan bangga karena ternyata produk tas Aceh tidak kalah bersaing dengan produk-produk mereka. Bahkan dari 3 UKM yang dibawa BUMN untuk mengikuti pameran ini, produk tas Aceh lah yang lebih menarik bagi mereka dibanding songket palembang dan batik tulis. Hal ini benar-benar


dari kiri : Pak Iwan (Pengusaha Batik Tulis Cirebon), Saya, dan Pak Ali (Pengusaha Songket Palembang)

Saat melayani pengunjung pameran
Salah satu pengunjung pameran yang bergaya dengan Tas Bordiran Aceh

JALAN-JALAN DI HONGKONG

Banyak kejadian-kejadian lucu saat kami disana, pada saat tiba di hongkong kami mendapat masalah dengan Imigrasi gara-gara Pak Ali dari Palembang dataya ada perbedaan sedikit antara yang di KTP dan di Passport namun berkat Mba Ana (Guide Travel kami) akhirnya masalah tsb terselesaikan. Pak Ali menjadi peserta yang membuat perjalanan kami ini sangat berkesan dan berwarna, karena selain bikin kesel....Pak Ali ini juga bikin kami ngakak dengan tingkahnya, mulai dari tersesat, transaksi jual-beli dengan pengunjung menggunakan bahasa Palembang, sampai ngambil miniatur minuman keras di hotel buat oleh-oleh katanya......emang lengkap deh Pak Ali. Untungnya tim yang berangkat kesana kompak dan lucu-lucu, sehingga masalah yang ada tidak begitu berarti. 

Berfoto bersama di Evenue of Star

Berfoto bersama di depan Museum Madame Tussaud Hongkong

Satu-satunya tempat makan yang terjamin kehalalannya.....heheheh
Perjalanan ke Hongkong sangat berkesan bagi saya, karena banyak yang menginspirasi saya sebagai pengusaha. Banyak hal yang saya pelajari disana, seperti kedisiplinan, kreatifitas, ide-ide baru dan banyak hal lain yang menjadi pelajaran. Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam event international seperti ini. Mudah-mudahan saya bisa mendapatkan kesempatan baik seperti ini lagi....Amin

Pekan Raya Jakarta Tahun 2012

Pekan Raya Jakarta (PRJ) tahun 2012 merupakan pameran pertama di luar Aceh yang kami ikuti. Ajang tahunan ini merupakan langkah awal kami dalam memperkenalkan usaha kami. PRJ setiap tahun diselenggarakan dalam rangka menyambut ulang tahun Kota Jakarta di Komplek Jakarta International Convention Centre Kemayoran - Jakarta Pusat. PRJ tahun 2012 dibuka pada tanggal 14 Juni 2012 oleh Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Pembukaan Pekan Raya Jakarta 2012

Pemerintah Aceh merupakan salah satu peserta PRJ yang aktif sejak 11 tahun yang lalu. Booth Pemerintah Aceh terletak di Hall B-2, berdekatan dengan booth Provinsi DI Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Booth Pemerintah Aceh menampilkan produk-produk unggulan IKM dari berbagai Kabupaten/Kota di Aceh antara lain seperti Aneka Produk Bordiran Aceh, Kopi Aceh, dll. 

Bersama Badriah (Peserta dari Kab. Aceh Besar - Provinsi Aceh)
Suasana di booth Pemerintah Aceh

Produk Tas Bordiran Aceh yang menjadi Produk Andalan Aceh 

Senin, 15 Oktober 2012

Kerawang Gayo



Kerawang gayo adalah ragam hias atau motif hias yang diterapkan pada kain. Kerawang gayo menjadi ciri khas dataran tinggi tanah gayo dan merupakan kerajinan turun temurun. Pada umumnya pakaian yang diberi sulaman kerawang digunakan pada pakaian adat perkawinan atau pengantin. 

Ciri khas kerawang gayo terletak pada bahan, warna dan motif. Motif dan warna diterapkan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.

1.     Bahan
Bahan dasar untuk kerawang gayo umumnya dipakai kain yang berwarna hitam, karena warna hitam dianggap dapat memberikan kehangatan sesuai dengan tempat tinggal masyarakat gayo yaitu di dataran tinggi dengan suhu yang dingin. Disamping itu juga agar pakaian tersebut tidak tampak cepat kotor.

2.    Warna
Warna benang yang menjadi ciri khas kerawang gayo adalah warna kuning, merah, hijau, dan putih. Setiap warna mempunyai makna tersendiri :
a.    Kuning : diartikan dengan kebesaran dan keagungann yang dipakai oleh raja.
b.    Merah : diartikan dengan keberanian
c.    Hijau : diartikan dengan kesuburan
d.    Putih : diartikan dengan suci

3.    Motif
Motif kerawang biasanya terinspirasi dari alam sekitar serta pengaruh alam yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Motif-motif dasar kerawang gayo antara lain :
a.    Sara kopat (orang yang dituakan) : berarti Raja, Imam, Petuah, dan Rakyat, apabila keempatnya berjalan dengan baik maka tercapailah kesempurnaan hidup.
b.  Peger (pagar) : berarti sesuatu telah dijaga, apabila diluar pagar bukan kepunyaannya lagi.

Perpaduan motif peger dan sara kopat

c. Emun berangkat (awan beriring) : berarti seiya sekata, kelurah sama menurun kebukit sama mendaki. Duduk sama rendah tegak sama tinggi


d.    Pucuk rebung : anak muda yang akan menggantikan orang tuanya kelak maka harus diberikan pembinaan.

e.    Puter tali (putar tali) : sebuah ikatan kekeluargaan dan kebersamaan dalam menyelesaikan masalah bersama-sama
f.     Mata pune(mata burung punai) : waspada terhadap sesuatu keadaan yang membahayakan
g.    Subang kertan (anting-anting dari bahan tanaman ) : keindahan yang harus dimiliki, meskipun tidak ada anting-anting yang sebenarnya namun dapat dimanfaatkan tumbuhan di sekitarnya
h.    Tapak seleman (daun tumbuhan tapak seleman) : hidup bergantung pada alam tumbuhan sekitarnya.
i.      Jejepas (tepas) : gabungan dari motif pucuk rebung, sara kopat, puter tali yang berarti antara muda-mudi dan orang tua terjalin satu ikatan yang kuat seperti jalinan tepas
j.      Rumet muriti (rapat berbaris) : gabungan motif sara kopat dan peger diiringi oleh motif mata pune, yang berarti sama-sama berbaris rapat bergabung untuk menjaga keamanan antara Raja dan orang yang bertugas menjaga keamanan

Motif-motif ini menjadi dasar penyusunan motif pada kerawang gayo. Motif ini sudah banyak yang dimodifikasi menjadi bentuk-bentuk motif baru tanpa menghilangkan kaidah bentuk yang asli seprti halnya motif emun berangkat yang banyak diminati pasar sehingga pengrajin membuat modifikasi-modifikasi dalam bentuk lain.