Senin, 09 September 2013

Sejarah Motif Pintu Aceh

Pinto Aceh sebagai Tanda Cinta Komandan Belanda untuk Istrinya......

Menurut sejarahnya kerajinan emas sudah ada sejak abad ke 16-17 dalam masyarakat Aceh (ketika pemerintahan raja-raja Aceh) dan terus berkembang hingga saat ini. Pada tahun 1935 seorang pengrajin Aceh bernama Mahmud Ibrahim atau lebih dikenal dengan Utoh Mud (sebutan untuk perajin), membuat sebuah perhiasan emas bernama Pinto Aceh.

Berawal dari opsir Belanda yang merupakan komandan pada masa pemerintahannya di koetaradja (Banda Aceh sekarang). Dari keinginannya menghadiahkan sesuatu untuk istrinya, setelah mencari ia menemukan pinto khop, monumen peninggalan kerajaan Sultan Iskandar Muda. Ia ingin bentuk pinto khop tersebut dibuat dalam bentuk benda fungsional berupa perhiasan, maka dipanggillah seorang perajin emas yang mempunyai kemampuan untuk membuatnya. Mahmud Ibrahim diminta untuk membuat perhiasan tersebut dengan mengambil bentuk pinto khop. Terpilihnya Mahmud Ibrahim sangat beralasan, ini dikarenakan petinggi-petinggi yang ada di masa itu sudah mengenal Mahmud Ibrahim sebagai perajin emas dan perak. Semua itu karena kepiawaiannya dalam membuat perhiasan dalam sebuah pameran yang digelar di acara pasar malam bertempat di lapangan koetaradja (BandaAceh). Perajin-perajin emas dan perak pada masa itu berkesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam membuat perhiasan. Setelah acara selesai perajin yang dianggap layak akan diberi penghargaan, maka penghargaan diserahkan salah seorang perajin dalam bentuk sertifikat, oleh panitia pelaksana pasar malam diberikan kepada Mahmud Ibrahim (Utoh Mud) pada tahun 1926 di Koetaradja.

Utoh Mud yang mengantongi sertifikat bergengsi atas keterampilannya itu pada tahun 1935 menguji kreatifitasnya selaku utoh (pandai emas) terkenal dengan menciptakan perhiasan baru Pinto Aceh yang motifnya diambil dari bangunan Pinto Khop yaitu gerbang kecil tempat permaisuri Sultan Iskandar Muda keluar masuk ke tepian sungai untuk mandi di abad-abad lampau. Ketika itu Utoh Mud membuat satu jenis perhiasan saja berupa perhiasan dada wanita yaitu bros. Sebelumnya jenis bros memang telah ada dalam jaringan perhiasan tradisional Aceh, namun dengan mengambil motif lain. Bros Pinto Aceh dengan meniru pintu gerbang yang bernama Pinto Khop tersebut berbentuk ramping dengan jeruji-jeruji yang dihiasi motif kembang ditambah lagi sebagai pelengkap dengan rumbai-rumbai sepanjang kedua sisi.

Gambar 1 : Perhiasan Pintu Aceh

Gambar 2 : Pinto Khop sebagai inspirasi motif Pinto Aceh
Pintu Khop

Bangunan Pintoe Khop merupakan hadiah Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putri Kamaliah atau disebut Putroe Phang (Putri Pahang). Ketika itu Sultan ingin mengobati kerinduan sang istri kepada kampung halamannya pahang (Malaysia). Untuk itu Sultan membangun taman sari di sekeliling istana yang dikelilingi Krueng Daroy (sungai), taman ini tembus kesebuah tempat pemandian sang putri bersama dayang-dayangnya. Di tempat pemandian tersebut ada sebuah pintu yang biasa dilalui oleh sang putri untuk menuju ke tempat pemandian, pintu inilah yang disebut Pintoe Khop.

Dalam artian secara bahasa Pinto artinya pintu, sedangkan kata Khop merupakan posisi tertutup/tertelungkup. Jika dilihat dari bentuk bangunan Pinto Khop, maka didapati bentuk seperti apa yang disebutkan. Bangunan ini mempunyai pintu depan yang tembus kebelakang dalam posisi yang sama lurus. Sedangkan posisi kiri dan kanan yang sama, kemudian pada bagian atas atap membentuk seperti kubah melingkar hingga bertemu sisi kiri dan kanan bangunan, bangunan ini terbuat dari batu yang disusun.